Teknik Pemanenan dan Pasca Panen
Teknik pemanenan dan pasca panen merupakan
salah satu topik yang harus dikuasai oleh para pembudidaya ikan. Pemanenan yang
tidak dilakukan dengan benar dapat membuat organisme budidaya rusak. Demikian
pula dengan pasca panen yang tidak diperhatikan dapat mengakibatkan produk
akuakultur menjadi cepat busuk, mati, susut, dsb. Oleh karena itu, dalam
artikel ini akan dibahas kerangka umum mengenai teknik pemanenan dan pasca
panen khususnya dalam bidang akuakultur.
Teknik Pemanenan
Dalam akuakultur pemanenan dapat diartikan
sebagai kegiatan mengumpulkan hasil dari budidaya yang telah dilakukan, baik
itu sebagian ataupun keseluruhan dari ikan yang sudah dibudidayakan. Pemanenan
bukan hanya diistilahkan untuk ikan konsumsi, melainkan juga untuk larva
ataupun bibit hasil dari pendederan dan bahkan panen pakan alami.
Pemanenan Total dan Parsial
Kapan saat yang tepat untuk melakukan panen?
Pada umumnya, panen dilakukan di akhir pemeliharaan sesuai dengan tahapan
produksi. Jika proses produksinya adalah pembenihan maka output yang
diharapkan pada saat panen adalah benih ikan dan prediksi waktu panennya
perperiode relatif lebih singkat sekitar satu sampai dua bulan. Jika dalam
kegiatan produksinya adalah pendederan maka prediksi waktu panennya adalah
sekitar satu sampai dua bulan dan outputnya adalah benih ukuran lebih besar
dari tahap pembenihan. Pada tahap produksinya adalah pembesaran ikan maka
prediksi waktu panennya adalah relatif lebih lama berkisar antara
tiga sampai empat bulan, karena output yang diharapkan adalah ikan air tawar
berukuran konsumsi.
Akan tetapi, pada kenyataannya panen tidak
selalu dilakukan di akhir pemeliharaan. Adakalanya panen dilakukan pada
pertengahan tahap budidaya. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi ikan yang
dibudidayakan ataupun faktor eksternal misalkan harga dan permintaan pasar.
Suatu contoh, pada saat hari raya bahan-bahan kebutuhan pangan harganya naik,
begitupun harga ikan. Pada momen ini, panen dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan harga pasar setelah menghitung untung-rugi jika panen
dilakukan di akhir pemeliharaan.
Panen pun dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu panen total atau panen parsial. Panen total adalah kegiatan memanen
keseluruhan ikan yang dibudidayakan, sedangkan panen parsial adalah kegiatan
menanen sebagian ikan hasil budidaya. Pelaksanaan panen parsial biasanya
didasarkan pada harga yang sedang bagus ataupun alasan subyektif dari
pembudidaya, misalnya untuk menambah kas masuk dan kebutuhan mendesak. Faktor
penyakit juga dapat dijadikan pertimbangan untuk menyelamatkan ikan yang sedang
dibudidayakan.
Pada gambar grafik pertumbuhan ikan di atas,
dapat diambil keputusan kapan waktu yang tepat untuk dilakukan panen. Pada
umumnya, panen dilakukan pada saat puncak pertumbuhan optimum, yaitu saat
pertumbuhan ikan mengalami kenaikan signifikan sebelum pertumbuhan turun.
Sesuai dengan grafik di atas, maka panen sebaiknya dilakukan pada bulan ke 6.
Panen pada bulan tersebut diharapkan akan memberikan keuntungan yang maksimum
karena data pertumbuhan berada pada puncak produksi.
Adakalanya panen tidak memperhatikan grafik
pertumbuhan, tidak juga ukuran konsumsi, melainkan permintaan pasar. Contoh
kasus baby fish atau ikan mas ukuran dua jari yang dipanen pada kisaran umur
dua bulan dari larva jelas tidak didasarkan pada grafik pertumbuhan ikan, tapi
lebih kepada permintaan pasar. Ikan ukuran tersebut bukan untuk bibit tapi
memang dipanen sebagai ikan konsumsi. Jadi, banyak sekali faktor yang menjadi
alasan kenapa dan kapan ikan dipanen.
Peralatan Panen
Untuk dapat melakukan panen,
maka diperlukan alat-alat untuk melakukan pemanenan. Peralatan yang digunakan
juga disesuaikan dengan ikan yang dibudidayakan, baik spesies ataupun tahapan
proses budidaya, misalnya panen benih. Jadi, peralatan panen akan berbeda untuk
spesies tertentu dan berbeda pula pada tahapan proses budidaya.
Untuk memanen benih, tentu saja
dibutuhkan jarring, atau serokan yang lembut. Tujuan dari penggunaan jaring
yang lembut yaitu agar tidak melukai tubuh ikan. Berbeda dengan benih, untuk
ikan konsumsi dapat digunakan jaring dengan ukuran mata yang besar.
Spesies ikan yang berbeda
adakalanya membutuhkan alat panen yang berbeda pula. Contohnya, jaring yang
digunakan untuk memanen ikan nila konsumsi dapat digunakan untuk memanen ikan
bawal konsumsi, tapi tidak untuk sebaliknya. Ikan nila membutuhkan jaring yang
halus agar sisiknya tidak terlepas sedangkan untuk ikan bawal penggunaan jaring
bermata besar dapat ditolerir.
Berikut ini adalah
peralatan-peralatan yang seringkali digunakan untuk memanen ikan konsumsi dan
bibit :
a. Serokan
b. Jaring
c. Timbangan
d. Korang/ ember lubang
e. Pompa air
f. Plastik
g. Baskom
h. Centong
Aspek teknis
Aspek teknis dalam pemanenan seringkali
diabaikan oleh para pembudidaya pemula. Tidak adanya persiapan yang memadai
pada akhirnya akan memperlama waktu panen. Panen yang seharusnya berlangsung
cepat menjadi lama. Pada ujungnya, ikan menjadi stress dan berpotensi susut
bobot, penampilan tidak menarik, banyak luka, ataupun lepas sisik.
Panen yang baik harus memperhatikan aspek
teknis sesuai dengan komoditas yang dibudidayakan. Pemilihan waktu panen untuk
menghindari stres, kesesuaian dan ketersediaan peralatan panen,
pengorganisasian SDM untuk panen harus sudah tertata sedemikian rupa sehingga
panen yang dilakukan dapat berjalan dengan cepat, tepat, dan efisien.
Aspek teknis dalam perusahaan yang sudah
profesional biasanya tersedia dalam bentuk SOP (standart operating procedure).
Didalamnya terdapat list alat-alat yang harus disiapkan, bahan, waktu panen,
serta proses panen dari satu kegiatan ke kegiatan selanjutnya. Pembagian tugas
saat dilakukan pemanenan biasanya juga sudah diplot untuk orang per orang.
Demikianlah kerangka umum dalam melakukan
teknik pemanenan. Pasca panen akan dibahas dalam artikel mendatang.
Belum ada Komentar untuk "Teknik Pemanenan dan Pasca Panen"
Posting Komentar